Bandung – Bagi seorang penari atau seniman tari Panji, banyak hal yang harus dilakukan sebelum memainkan atau menari kesenian tradisional tersebut.
Menurut Aerli Rasinah salah satu seniman tari Panji mengatakan, tradisi atau kesenian tari topeng bukanlah sekedar budaya, melainkan tempat spiritualitasnya ditampung, khususnya di Indramayu, ada rangkaian ‘ritual’ yang harus diikuti.
“Rangkaian ritual tersebut itu diadakan dengan cara upacara. Tujuannya, agar dirinya dan peserta lain yang hendak pentas meresap ke dalam karakter yang dikenakan,” jelasnya dikutip dari nationalgeographic.grid id
lebih lanjut, Ia menyebut sebagai pewarisan dalam kesenian layaknya tari topeng. Rangkaiannya bermula dari berpuasa untuk membersihkan diri, hingga muncul energi positif lewat angeun-angeun. Setelah itu muncul rasa niat diri untuk mendalami karakter, dan mengadakan perjanjian pada diri Yang Maha Kuasa, diri sendiri dan masyarakat, agar ikhlas mementaskannya.
Disebut sebagai pewarisan agar diri meresap dalam topeng yang dipentaskan. Aktivitas itu mulai dari puasa yang bertujuannya membersihkan diri, kemudian.
“Mencapai akhir tari topeng harus sesuai dengan doa leluhur, yakni awal dan akhir. Ini karena tradisi Panji ini sangat sakral.” terangnya.
Selain itu, masih menurut Rasinah, untuk mempelajari Tari Topeng Panji itu tidak mudah, karena diawali dengan hal yang kecil-kecil. Di Panji ada namanya Mageung Nafas.
“Banyak yang mementaskan tapi tidak ada isinya,” ungkap Rasinah merujuk pada esensi kesenian Panji.
Lanjutnya, kalau mau ada isinya harus ada proses-proses tertentu, karena topeng Panji ini kayak orang urip (hidup) tapi mati, mati tapi urip. Ini gambaran besarnya seperti itu.
Sebelumnya, budaya Panji dikenal menyebar seantero Asia Tenggara berdasarkan kisahnya yang terpamang dalam relief, naskah kertas, dan seni tari maupun peran. Perkembangannya melintasi zaman hingga dikemas lewat anime (animasi bergaya Jepang), hingga film laga.
“Namun, ada dimensi lain yang tradisi Panji berhasil masuk ke dalamnya, ranah spiritualitas dan nilai filosofis,” pungkasnya.(red)*