Jakarta – Berbagai tantangan yang dihadapi didalam pemulihan ekonomi, hal tersebut disampaikan
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengenai ancaman pemulihan ekonomi dunia selain akses vaksin yang tidak merata, yaitu terjadinya inflasi kenaikan energi dan disruption dari supply.
“Ini terjadi di negara-negara yang pemulihannya sangat cepat, namun kemudian muncul komplikasi dalam bentuk kenaikan harga energi dan supply disruption,” kata Sri Mulyani dalam keterangan pers dilaman resmi kemenkeu.go.id
Menkeu menjelaskan, supply side-nya tidak mengikuti ketika permintaan pulih dengan cepat dan kuat. Berbagai disruption terjadi di pelabuhan sehingga barang-barang tidak bisa diangkut atau supply disruption berdasarkan bahan baku yang tidak bisa dikirim sehingga barangnya tidak bisa dibuat di dalam manufaktur.
“Kenaikan energi yang begitu sangat cepat juga terjadi karena investasi di bidang energi, terutama yang nonrenewable itu sudah merosot tajam dihadapkan pada permintaan terhadap energi yang melonjak akibat pemulihan ekonomi dan sekarang mendekati masuk winter,” ujar Menkeu.
Hal tersebut mendorong inflasi yang tinggi di berbagai negara sehingga menjadi ancaman pemulihan ekonomi global.
“Indonesia perlu juga tetap waspada terhadap kemungkinan terjadinya rembesan hal tersebut,” kata Menkeu.
Selain topik di atas, fokus di dalam pembahasan G20 yang kemudian dikaitkan dengan inklusi keuangan adalah mengenai aspek ekonomi digital atau financial teknologi.
“Karena Indonesia, sesuai dengan temanya tadi, Recover Together, Recover Stronger. Itu berarti pemulihan harus merata di antara semua negara dan di dalam satu negara juga untuk masyarakat, terutama kelompok usaha kecil menengah juga harus pulih dan itu peranan dari teknologi digital menjadi penting,” ujar Menkeu.(red)*