Surabaya – Jumlah Food Waste ( sisa/sampah makanan) di Jawa Timur cukup tinggi tiap tahunnya. Hal ini diungkapkan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa dalam keterangan pers dilaman Kominfo.jatimprov.go.id.

Pun meminta warga untuk lebih menyayangi makanan terlebih ditengah pandemi Covid-19 ini. Terlebih tingginya angka food waste tersebut tentu dapat berdampak pada perekonomian dan sektor lainnya.

“Oleh karena itu diharapkan, masyarakat bisa mulai merubah pola pikir dan kondisi saat ini dapat menyadarkan kita agar lebih bijak dalam mengelola makanan,” jelasnya.

Khofifah mengungkapkan, berdasarkan data Bappenas secara nasional perkiraan food waste Indonesia berkisar pada angka 23 juta-48 juta ton/tahunnya. Sedang makanan konsumsi yang terbuang di Indonesia bisa mencapai 115-184 kg perorang dalam setahun.

Sementara limbah makanan itu sendiri, ternyata dapat mengakibatkan dampak kerugian ekonomi sebesar Rp. 213 triliun hingga Rp. 551 triliun pertahunnya.

“Perhitungan angka 115 – 184 kg per orang per tahun itu termasuk perhitungan dari food loss, dari sisi produksi. Mulai dari beras ditanam sampai ke piring kita,” terangnya.

Bekaca dari hal ini, Ia menghimbau pentingnya kesadaran masyarakat terhadap persoalan pangan, Gubernur Khofifah meminta, agar masyarakat dapat memperkirakan dengan baik jumlah makanan yang diperlukan. Disamping itu, dirinya meminta untuk mencermati dalam mengolah makanan dan membeli makanan sesuai kebutuhan.

“Agar tidak ada lagi yang terbuang sebagai bagian dalam upaya untuk mengurangi food waste. Misalnya dengan merencanakan menu makanan di rumah secara seksama, sehingga tidak ada makanan yang menjadi limbah,” pungkasnya.

Menurut data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) RI. Potensi sisa makanan yang dibuang warga jatim mencapai 4.676.555,5 – 7.482.488,8 ton pertahun atau sekitar 15,59 % – 20,33 %. Bila jumlah penduduk Jawa Timur pada 2020 mencapai 40.665.700 jiwa (Jatim Dalam Angka/BPS 2021).(red)*

Komentar